Komunikasi Budaya pada Tradisi Bau Nyale di Pulau Lombok
Abstract
Indonesia merupakan bangsa yang pluralistik dalam segala bidang baik dari segi etnis, agama, kesenian, adat atau tradisi, ekonomi, sosial, pendidikan, dan yang lainnya. Dari hal tersebut diperlukan kemampuan dalam memahami perbedaan suku, agama, dan budaya, sehingga mempengaruhi komunikasi yang baik agar hubungan antar budaya dan suku dapat terjalin dengan baik. Komunikasi adalah suatu kegiatan interaksi yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Komunikasi budaya merupakan komunikasi yang terjadi dalam suatu lingkup kebudayaan yang sama. Namun dalam berkomunikasi khususnya dalam komunikasi di Indonesia memiliki latar belakang yang berbeda-beda, dimana masyarakat memiliki keragaman yang berbeda-beda baik dari suku, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Salah satu suku yang tersebar di pulau lombok adalah suku sasak. salah satu tradisi yang ada pada suku sasak di pulau lombok yaitu tradisi bau nyale. Tradisi bau nyale merupakan tradisi menangkap cacing laut yang berasal dari jelmaan putri Mandalika yang sudah menceburkan diri di Pantai bagian Selatan di pulau lombok yang bernama pantai seger. Tradisi ini hanya dilakukan satu tahun sekali pada tanggal 20 bulan 10 sesuai dengan penanggalan kalender sasak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan komunikasi budaya dalam tradisi bau nyale di pulau lombok. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi budaya dalam tradisi bau nyale ini menggunakan komunikasi verbal dan non verbal, karena komunikasi tidak akan hidup tanpa adanya budaya dan sebaliknya budaya akan mati tanpa adanya komunikasi.
